KOMUNIKASI DALAM PERIKLANAN




Komunikasi telah ada semenjak manusia ada. Pada saat Tuhan
menciptakan Adam, sebagai brand, adalah produk dari jenis manusia
pertama, Adam berkomunikasi dengan Tuhan, bisa diperkirakan beliau
berbicara sambil menyembah Sang Pencipta yang tentunya menggunakan
intonasi, istilah dan gerak-gerik yang sangat hormat dan merendahkan diri.
Sementara ketika Adam berbicara kepada Siti Hawa, caranya pasti berbeda,
sebagaimana layaknya seorang suami kepada istrinya yang berbicara setara
sebagai umat manusia, yang pada taraf ini sudah disinggung tentang apa
yang disebut sebagai target audience.

Kemudian Agama Islam diturunkan ke dunia. Bayangkan! Bagaimana
Rasulullah Muhammad SAW harus menyebarkan agama Allah ke seluruh
dunia, ke Negara yang berbeda, ke suku bangsa yang berbeda, ke
masyarakat linguistik yang berbeda, sosial ekonomi yang berbeda, ke usia
berbeda. Hasilnya? Bisa diukur dari jumlah pemeluk agama Islam di dunia ini!
Luar Biasa! Rasulullah bertindak kurang lebih seperti yang dilakukan oleh
advertising agency/biro iklan, tetapi prestasinya tidak akan disamai oleh biro
iklan manapun, di mana pun, kapan pun, padahal di masa itu belum ada TV,
radio, koran, majalah, apalagi internet .

Komunikasi, istilah dalam bahasa Inggris communication berasal dari
bahasa Latin, yaitu communicatio yang bersumber pada kata communis yang
berarti sama. Sama di sini adalah dimaksudkan sama makna. Jadi, apabila
ada dua orang terlibat dalam komunikasi, misal dalam bentuk percakapan,
maka komunikasi yang akan terjadi  atau akan berlangsung selama ada
keasamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. 

Komunikasi sebagai salah satu ilmu yang paling tua, dalam sejarah
perkembangannya ternyata komunikasi justru dibesarkan oleh para peneliti
psikologi. Tiga diantara empat orang Bapak Ilmu Komunikasi adalah sarjana-
sarjana psikologi, antara lain  Kurt Lewin ahli psikologi dinamika kelompok
yang gelar doktornya dalam bimbingan Koffka, Kohler, dan Wertheimer
(ketiganya tokoh-tokoh Psikologi Gestalt), Paul Lazarsfeld, pendiri ilmu
komunikasi yang banyak dipengaruhi oleh Sigmun Freud (Bapak
Psikoanalisis), dan Carl I. Hovland yang pernah menjadi asisten Clark Hull
(Tokoh Psikologi aliran behaviorisme) (Jalaluddin Rakhmat, 1999:2-3).

Namun demikian sebagai ilmu, komunikasi menembus banyak disiplin ilmu, antara lain ilmu komunikasi dalam periklanan. Sebuah iklan dapat diartikan dari sudut pandang komunikasi, murni periklanan, pemasaran, bahkan dalam perspektif psikologi. Perspektif komunikasi cenderung menekankan sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Dalam perspektif iklan cenderung menekankan pada aspek penyampaian pesan yang kreatif dan persuasif yang disampaikan melalui media khusus. Perspektif pemasaran menekankan iklan sebagai alat pemasaran, sementara dalam perspektif psikologi lebih menekankan aspek persuasi iklan (Rendra Widyatama, 2007:15).

Dalam komunikasi periklanan, tidak hanya menggunakan bahasa 
sebagai alatnya, tetapi juga alat komunikasi yang lain seperti gambar, warna,
dan bunyi. Iklan disampaikan melalui dua saluran media massa, yaitu media
cetak (surat kabar, majalah, brosur, poster, billboard,dll) dan media
elektronika (radio, televisi,film). Jika dilihat dari wujudnya, iklan mengandung tanda-tanda komunikatif. Lewat bentuk-bentuk komunikasinya itulah pesan menjadi lebih bermakna. Gabungan antara tanda dan pesan yang ada dalam iklan diharapkan mampu menjadi persuasi kepada khalayak sasaran atau komunikan yang dituju. 

Periklanan sebagai salah satu media komunikasi, bersifat memberikan
informasi, sekaligus menghibur dan mempengaruhi, yang lazimnya disebut
dengan komunikasi persuasif. Persuasif didefinisikan sebagai proses
mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui periklanan.
Lantas yang menjadi persoalan adalah bagaimana menciptakan iklan yang
efektif agar pesan atau informasi yang ingin disampaikan kepada khalayak
dapat dengan cepat dan mudah diterima.

Posting Komentar

0 Komentar