S E J A R A H D E S A I N
G R A F I S
1.
MASYARAKAT PRASEJARAH
Desain grafis sebagai media komunikasi
melalui gambar atau gambar yang memiliki pesan tertentu telah dikenal sejak zaman
prasejarah. Desain grafis hampir setua peradaban manusia. Hal ini dapat dilihat
pada zamanPalaeolithicum di Gua Lascaux Prancis Selatan telah ditemukan gambar-gambar binatang dari
manusia pra sejarah. Gambar itu berupa goresan dengan pigmen hitam kemerahan yang dicampur dengan arang dan bahan pencampurnya adalah lemak binatang. Goresan pada dinding
tersebut memang bukan dibuat untuk tujuan seni atau keindahan, tetapi
hanyalah sebagai komunikasi visual untuk tujuan ritual dan praktis demi kelangsungan hidup mereka. Meski demikian pada saat manusia prasejarah tersebut memilih media, menentukan awal goresan, dan memperhitungkan ukuran gambar, sebenarnya mereka telah mendesain (Mawardi Rahimin,
1996:1).
Lukisan dinding gua lainnya yang ada di Indonesia, ditemukan di dinding Gua Pattae Kere di dekat Maros, Sulawesi Selatan berupa
lukisan babi hutan yang fungsinya sama seperti yang terdapat di Gua
Lascaux (Soedarso Sp, 2006:3).
Masyarakat pada masa itu meninggalkan pesan
melalui gambar-gambar. Mereka dapat bercerita dan memberikan catatan bagaimana berburu dan di daerah mana padang perburuannya yang terbaik melalui bahasa gambar. Pada masa ini para ahli sejarah dapat belajar banyak tentang tatacara berburu pada masyarakat zaman prasejarah,
struktur kelompok dan kepercayaannya dengan “membaca” gambar-gambar yang terdapat pada gua dan situs-situs lainnya.
2. BANGSA MESIR
Bangsa Mesir termasuk salah satu di antara
masyarakat yang pertama kali menciptakan bentuk tulisan menggunakan gambar-gambar. Gambar tulisan tersebut yang dikenal dengan sebutan Huruf Hieroglyphe.
Bangsa Mesir menggunakan gambar-gambar tersebut untuk menceritakan
peristiwa besar yang terjadi pada masa itu, yang biasanya digoreskan pada
dinding piramid. Gambar-gambar pada dinding piramid berbentuk seperti
lembaran-lembaran komik yang dalam
gambar adegan terdapat huruf hieroglyphe tersebut.
3. BANGSA YUNANI DAN ROMAWI
Bangsa Yunani dan Romawi mengembangkan sistem
komunikasi yang
disebut tulisan. Mereka mengembangkan abjad dan menciptakan buku-buku dalam bentuk gulungan. Pada awalnya alfabet latin hanya
terdiri dari 21 huruf saja, yaitu A, B, C, D, E, F, G, H, I, K, L, M, N, O, P,
Q, R, S, T, V, dan X, kemudian huruf Y dan Z ditambahkan dalam alfabet latin
untuk mengakomodasi kata yang berasal dari Yunani. Tiga huruf tambahan
yaitu J, U, dan W dimasukkan pada abad pertengahan sehingga jumlah keseluruhan huruf alfabet latin menjadi 26. Penggunaan alfabet
dalam penulisan buku-buku menggunakan
huruf latin dan gambar-gambar untuk memaparkan dan meninggalkan sejarah tentang
mereka kepada generasi yang akan datang.
Hanya saja permasalahannya untuk bahasa tulis
biasanya hanya dimengerti oleh kaum terpelajar saja, sehingga gambar-gambar
masih merupakan perwujudan dalam berkomunikasi untuk menyampaikan sebuah pesan. Monumen yang
memberikan catatan dan informasi tentang kejayaan bangsa Romawi pada saat itu adalah Triumphal Arch, yang berupa gambar-gambar yang sederhana dan
dipadu dengan tulisan terkait dengan peristiwa kerajaan.
4. ABAD PERTENGAHAN
Pada abad ini permasalahan terkait dengan
keagamaan sangat populer. Catatan tulisan
yang dibuat oleh para ahli filosofi hanya dapat dibaca dan dipelajari oleh
dewan gereja maupun orang kaya. Sedangkan orang miskin cara menyampaikan pesan adalah menggunakan media gambar yang dilukiskan pada dinding dan langit-langit atap
gereja. Hal ini memiliki maksud bahwa dengan diletakkan di sana orang-orang akan
dapat membaca cerita-cerita kitab suci. Lukisan dinding karya
Michellangelo yang berjudul “Pengadilan Terakhir/Hari Kiamat” menceritakan tentang
pesan yang akan terjadi pada manusia di akhir dunia.
5. ABAD KE - 15
Perkembangan proses cetak-mencetak dimulai
pada abad ke-15 dengan diketemukannya mesin
alat cetak oleh Johannes Gutenberg (1398-1468) di Jerman. Pada tahun
1455 di Mainz Jerman untuk pertama kalinya hasil cetakan yang dibuat adalah 42 baris kalimat yang diambil
dari Bible menggunakan jenis huruf
Textura Blackletter (Hill, Will, 2005:10-11).
Jenis huruf Textura Blackletter
Johannes Gutenberg
(Penemu Mesin
Cetak)
Selain sebagai penemu mesin cetak tinggi (hand press), JohannesGutenberg merupakan inspirator yang luar biasa bagi perkembangan
seni menyusun huruf (tipografi)
dan seni ilustrasi untuk menghiasi sampul dan halaman buku. Temuan teknologi cetak inilah yang membuka peluang
akan pemenuhan hasrat seni visual terhadap huruf dan gambar (ilustrasi) untuk meningkatkan kualitas layanan manusia di bidang informasi grafis
semakin terbuka.
6. REVOLUSI INDUSTRI
Setelah periode cetak tinggi pada masa
Johannes Gutenberg adalah Revolusi Industri yang berlangsung sekitar abad ke-18. Pada masa ini peradaban manusia mulia bergeser ke arah teknologi baru yang lebih revolusioner, yaitu perubahan dari kerja tangan menjadi kerja
mesin karena banyak ditemukan sumber- sumber baru, yaitu mesin uap dan listrik.
Mesin-mesin yang tercipta telah memiliki kaidah-kaidah estetika tersendiri sebagai estetika mesin yang tentunya berbeda dengan kaidah estetika manual
atau kerja tangan. Mesin lebih memiliki daya akurat dibading dengan
kerja tangan. Hal tersebut menjadikan konsekuensi sikap dan perilaku
yang berbeda, sebagai tantangan desain grafis untuk dapat menangkap dan memanfaatkan perubahan yang terjadi akibat revolusi industri untuk melahirkan konsep-konsep beriklan yang efektif.
Tema-tema
yang diangkat dalam karya desain grafis terutama poster lebih beragam. Seniman Henri de Toulouse-Lautrec melukiskan banyak
sisi Paris pada abad ke-19, dengan posternya yang menggambarkan simpati terhadap ras manusia, poster tentang pertunjukan. Pada masa inilah Toulouse-Lautrec berhasil membantu tercapainya peleburan industri
dan seni.
Poster karya Henri de
Toulouse-Lautrec
yang berjudul Aristide Bruant
Menjelang abad ke-20 era modernisme terbentuk
oleh urbanisasi dan
industrialisasi dari masyarakat Barat (1908-1933) , di mana sebuah
dogma yang menjadi nafas desain modern, yaitu “Form Follows Function”
yang dilontarkan oleh Louis Sullivan merupakan ungkapan penentangan
terhadap karya-karya tradisi yang bersifat ornamental dianggap tidak sesuai
dengan ‘estetika mesin’, karena desain tanpa dekorasi akan lebih cocok
dengan ‘bahasa mesin’ (Arnston, Amy E., 2007:26).
Pergerakan-pergerakan desain banyak
bermunculan sebagai akibat dari revolusi industri antara lain adalah Dadaisme (1916-1923)
yaitu pergerakan seni dan kesusastraan yang berusaha menemukan suatu kenyataan asli hingga penghapusan kultur tradisional dan bentuk
estetik yang membawa gagasan baru cenderung tidak rasional yang disengaja, sinis dan anarki, penolakan terhadap hukum keindahan. Selanjutnya berkembang pada masa De Stijl (1916) sebagai sebuah gaya yang berkembang di Belanda yang merupakan seni dan pergerakan desain
yang dikembangkan sebuah majalah dari nama yang sama yang ditemukan
oleh Theo Van Doesburg. De Stijl menggunakan bentuk segi empat kuat
menggunakan warna-warna dasar dan komposisi asimetris. Constructivism
(1918) sebagai pergerakan seni modern yang dimulai di Moscow yang ditandai dengan metode industri untuk menciptakan objek geometris,
dan pandangan konstruktivisme Rusia berpengaruh pada pandangan yang sifatnya modern dengan penggunaan huruf Sans Serif berwarna merah
dan hitam yang diatur dalam blok asimetris. Bauhaus (1919) memulai suatu pendekatan yang segar dalam mendesain mengikuti Perang Dunia
Pertama dengan suatu gaya yang dipusatkan pada fungsi bukannya hiasan
The Red and Blue Chair
Rancangan Gerrit Rietveld
Model Menara Tatlin
(Monumen untuk Komunis Internasional)
7. PERANG DUNIA
Pecahnya Perang Dunia merupakan muara dari
konflik kepentingan
masyarakat dari masa revolusi industri. Situasi masa Perang Dunia
ini fungsi desain grafis banyak digunakan untuk mengobarkan semangat
juang bertempur melawan musuh, menyebarluaskan informasi propaganda dari Sang Pemimpin, doktrin-doktrin kepada masyarakat, serta himbauan kepada masyarakat untuk ikut serta membela negara. Salah satu
contoh propaganda yang berhasil adalah poster karya James Montgomery
Flagg yang menjadikan dirinya sendiri sebagai model dalam poster memakai pakaian khas yang biasanya dipakai oleh Presiden Abraham Lincoln sebagai simbol kegigihan perjuangan melawan perbudakan untuk mendapatkan simpati public, serta memakai topi simbol bendera Amerika
dalam posisi berdiri sambil
tangannya menunjuk ke arah pembaca dengan
headline yang berbunyi ‘I
WANT YOU FOR U.S. ARMY’ sebagai seruan dan himbauan kepada pemuda-pemuda Amerika Serikat dan ternyata strategi dengan simbol-simbol kebangsaan ini mampu merekrut para pemuda untuk ikut ambil bagian
dalam program bela Negara di Amerika Serikat pada saat berkecamuk Perang Dunia I.
Strategi pendekatan yang kreatif dan cerdik
dari desainernya dalam
membaca kebutuhan masyarakat
pada zamannya dengan menggunakan tokoh yang tepat sebagai model, didukung dengan bahasa yang
efektif dan komunikatif menjadikan poster ini efektif mencapai tujuan bahkan
cukup monumental terutama bagi masyarakat Amerika Serikat hingga saat
ini dengan panggilan Paman Sam sebagai lambang panggilan terhadap semangat nasionalisme di Amerika Serikat.
Poster karya James Montgomery Flagg
(Simbol Paman Sam yang populer hingga saat
ini)
8. ABAD KE - 21
Akhir Abad ke-20 dan memasuki abad ke-21
merupakan era yang hampir semua orang dapat membaca dan menulis menjadikan persoalan apakah gambar atau diagaram masih diperlukan untuk berkomunikasi? Jawabannya: Tentu! Karena
untuk dapat memahami dan mengerti tentang bentuk-bentuk yang kompleks dalam komunikasi diperlukan tampilan gambar atau grafis agar
dapat membantu dan memperjelas makna tentang sebuah tulisan.
Persoalan-persoalan yang muncul semakin
beragam dengan
berkembangnya isu-isu antara lain tentang lingkungan, konflik, dan persoalan-persoalan sosial lainnya, menjadikan desain grafis
berfungsi sebagai penggugah kesadaran masyarakat akan bahaya ancaman global warming yang bersumber dari kerusakan alam, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, dan
persoalan sosial lainnya (Umar Hadi, 2007:9-10). Dari segi komersil,
desain grafis diharapkan mampu memenuhi harapan-harapan para pengusaha dalam memasarkan produk-produknya dalam kaitannya dengan promosi periklanan (advertising campaign) sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat sebagai upaya
meningkatkan ekonomi usahanya.
Era globalisasi menjadikan upaya-upaya
penyebaran informasi dan pesan menjadi lebih
canggih karena didukung oleh teknologi
yang memungkinkan interaksi penyampaian informasi dan pesan antar negara menjadi semakin tak terbatas.
Sumber :
(http//www.desaingrafis indonesia.com).
0 Komentar